MOKPO IN LOVE [II]

Image

Annyeong~

 

Author comeback nih dengan karya terbaru author..

Di FF ini memang bukan SeoHyun-KyuHyun seperti biasa, tapi SeoHyun-DongHae

Soalnya author lagi jatuh cinta banget sama DongHae-Yesung. Tapi kali ini DongHae yang menurut author lebih klop gitu. Hehehe

Kalau ada readers yang gak ngerti jalan ceritanya, bilang aja ya.. soalnya di tahap ini masih perkenalan tokoh JooHyun dulu. Hehe

So, Welcome to “ MOKPO IN LOVE “

 

Title:

 MOKPO IN LOVE

Cast:

Seo Joo Hyun

Lee Donghae

Genre:

Romance, Comedy

Length:

Chapter

Don’t to be a silent reders please…

If you don’t like the pair, don’t read

I accept a bash…

~~~

MWO?! Pulang ke Seoul?

 

ANDWAE!!!

 

“aissh~ kenapa begitu tiba – tiba, ahjumma? Bukannya liburanku masih 3 minggu lagi. Aisssh~” gerutuku sambil mengacak rambut panjangku. Bibi Lee Ah hanya membalasku dengan tersenyum simpul tanda tidak tau.

 

“ahjumma~ jebal, katakan pada appa kalau aku masih betah di Mokpo. Aku tidak mau pulang ke Seoul sekarang…” pintaku dengan puppy eyes andalanku. Semoga saja Bibi Lee Ah mau menerima permintaanku ini. “ahjumma~”

 

Dan kalian tau jawaban apa yang dia berikan, penolakan. Dia menggelengkan kepalanya pelan, tanda tidak. “mianhaeyo Seohyun.. tapi ini kemauan appamu. Pulanglah.. bukankah kau masih bisa berlibur di Mokpo lain waktu? Ayolah..”

 

“ahjumma~” pintaku terus, tapi tetap satu jawaban ‘tidak’

 

“AHJUMMA JAHAT!!!” akhirnya aku menyerah meminta terus. Teriakan itu akhirnya menggema. Aku berdiri lalu berlari dengan sedikit tertatih-tatih menuju kamarku. Kubanting pintu kamar dengan keras. Kesal. Itu yang kurasakan sekarang.

 

“AAAHHHHH~!!!!” aku berteriak sekeras yang aku bisa. Kenapa hari ini begitu sial bagiku? Sudah bertemu dengan orang – orang sombong, malah sekarang disuruh pulang ke Seoul tanpa alasan. Frustasi!!!

 

Oke… aku sudah berkeputusan untuk menelepon appa sekarang juga. Harus. Kuraih handphone LG hitam kesayanganku lalu mencari nomor kontak appa, ahaa! Ini dia.

 

“APPA!” aku berbicara saat mendengar telepon diangkat, bahkan sebelum appa bicara aku sudah bicara terlebih dahulu. Sekali – kali boleh donk aku kurang ajar. Heheh…

 

“aduuh Seohyun sayang.. waeyo? Kenapa harus berteriak di telepon? Nanti kalau gendang telinga apa rusak bagaimana?” suara appa terdengar dari seberang. Bahkan dia masih bisa bercanda? Hah.. tidak dapat kupercaya.

 

“aku tidak ingin bermain – main appa.. aku mau minta penjelasan, kenapa appa harus menyuruh aku pulang ke Seoul besok? Aku tidak mau secepat itu appa..” kataku to the point. Saat – saat seperti ini memang tidak ada waktu untuk berbasa basi.

 

“oh soal itu.. ya, kau harus pulang besok. Ada alasan tersendiri appa menyuruhmu pulang, sayang”

 

“aissh~ alasan tersendiri itu apa? Aku tidak mau pulang!” tolakku

 

“aniyo.. tidak bisa appa beritahukan sekarang. Nanti juga kau bakal tau besok. Pokoknya kau harus pulang ke Seoul…!” nada bicara appa mulai meninggi. Sepertinya beliau marah karena aku menolak kemauanya untuk pulang.

 

“andwae! Tidak mau!”

 

“kalau kau tidak pulang, appa akan mengirim asisten park untuk menyeretmu pulang ke Seoul. Tak ada alasan. Harus pulang besok!!!” tit… appa langsung menutup telepon bahkan sebelum aku membuka mulut. Menyeretku ke Seoul? Dengan asisten park? Tidaak… aku tidak mau. Tapi disatu sisi, aku tidak mau pulang..

 

Haissh.. ottokhae?!

 

~~~

Author POV

 

Dengan kecepatan sedang, mobil Ferrari putih itu memasuki pekarangan rumah bergaya tradisional dengan bahan kayu. Rumah itu terlihat sangat sederhana namun juga terlihat cukup mewah. Mobil itu berhenti tepat di depan pintu kayu yang akan mengantarkannya menuju ruang tamu rumah itu.

 

Seorang pria keluar dari mobil dan berdiri tegak bak seorang petinggi Negara. Dengan tangan yang dimasukkan dalam saku jas yang dikenakannya, pria itu berjalan dengan tegas. Langkah kakinya sangat menunjukkan bahwa ia adalah salah satu orang dari keluarga berkodrat tinggi.

 

“Annyeonghaseyo Tuan Lee Donghae” hormat seorang kepala pelayan dengan membungkuk. Donghae, nama dari lelaki itu. Teguran seorang kepala pelayan membuat langkah kakinya berhenti, tetapi tetap memandang lurus ke depan.

 

“Mr. Kang, antarkan aku ke ruangan ahjumma” perintah Donghae yang disambut dengan anggukan hormat dari Mr. Kang

 

Sepuluh menit kemudian, kini Donghae berada di depan pintu kayu berukir aksen korea. Pintu di dorong pelan oleh Mr. Kang lalu masuk ke dalam ruangan diikuti Donghae. Seorang wanita paruh baya tengah duduk di sofa seraya meminum teh hijau, sontak wanita itu mendongakkan kepalanya. “Donghae-ah” sambut wanita itu lalu berjalan ke arah Donghae dan memeluknya. Donghae hanya dapat membalas dengan pelukan ringan dan senyum khasnya.

 

“ahjumma… ada apa memanggilku ke sini?” Tanya Donghae to the point setelah Mr. Kang meminta undur diri dari ruangan itu.

 

“oh.. ayolah Donghae kecilku. Kau masih sama seperti terakhir kita bertemu, selalu berbicara to the point. Berbasa – basilah sedikit” tawa wanita itu seraya membawa secangkir teh hijau hangat.

 

“kau tau aku tak suka berbasa – basi bukan” mata Donghae mendelik saat wanita itu menyuguhkan teh itu di hadapannya.

 

“aku tau… aku tau dirimu yang terlalu menghargai waktu. Tapi ayolah… sebentar lagi kau akan memiliki seorang istri”

 

“mwo? Maksudmu apa? Istri? Aku bahkan…”

 

“ne.. seorang istri. Istri yang akan selalu menyediakan sarapan dan memakaikanmu dasi saat pergi kerja” potong ahjumma itu memotong perkataan Donghae.

 

“aku bahkan belum memiliki yeojachingu, ahjumma!”

 

“pria sepertimu takkan pernah mendapat yeojachingu. Kau akan merasa sayang jika waktumu terbuang hanya untuk berkencan, bukan?” nada suara ahjumma itu masih tenang, walaupun lawan bicaranya sudah terlihat sangat gusar.

 

“ YAK!” jawab Donghae tidak terima.

 

“ Sahabatku di Seoul, mengajukan suatu penawaran kepadaku agar menjodohkanmu dengan anaknya. Dan melihat kondisimu sekarang, aku tak keberatan.” Lanjut ahjumma

 

“MWO? MAKSUDMU PERJODOHAN?!”

 

Donghae POV

 

Aku masih tak habis pikir dengan jalan pikiran ahjumma. Aku memang adalah tipe orang yang sangat menghargai waktu. Tapi bukan berarti aku tidak ada akan pernah memilki seorang kekasih apalagi istri. Ada waktunya itu semua.

 

“Sahabatku di Seoul, mengajukan suatu penawaran kepadaku agar menjodohkanmu dengan anaknya. Dan melihat kondisimu sekarang, aku tak keberatan” lanjut ahjumma

 

Tunggu. Dari perkataannya, aku seperti mendapat suatu maksud tersirat, apa ini artinya..

 

“MWO? MAKSUDMU PERJODOHAN?!” ahjumma menangguk. “AHJUMMA!” sentakku lagi. Tapi seperti biasa, seperti apapun aku membalasnya dengan nada tinggi, tetap saja dia akan tenang tanpa suatu tanda akan kesal.

 

“kau hampir berkepala tiga, Donghae” jawabnya tenang. Aku berdecak kesal, usiakah alasannya? Tak masuk akal. Umurku 25 tahun, suatu umur yang tidak terbilang tua. Wajahku juga masih seperti para anak muda sekarang.

 

“itu tak masuk akal, ahjumma! Jangan seenaknya menjodohkanku!”

 

“kau tak kasihan pada appamu? Kau tak ingat janjimu padanya sebelum dia meninggal?” janji… ya, aku ingat janji itu. Janji dimana kalau dia akan segera melihatku mengikrar janji suci pernikahan di depan altar dan memberinya seorang cucu. Tapi takdir berkata lain, appa meninggal bahkan sebelum aku mendapat seorang yeojachingu.

 

“tapi…”

 

“tak ada tapi – tapian. Besok kau harus pergi ke Seoul untuk melihat calon istrimu itu!” tegas ahjumma.

 

“MWO???”

~~~

Author POV

 

“APPA!!! KENAPA HARUS MENYURUH ASISTEN PARK YANG MENUNGGUKU DI STASIUN?!!” teriak Seohyun jengkel saat memasuki ruang keluarga rumahnya. Penglihatannya menangkap sosok appa dan eommanya yang sedang menonton berita pagi.

 

“Seohyunnie sayang sudah pulang…”ucap appa Seohyun tanpa menggubris pertanyaan keras Seohyun.

Seohyun merenggut kesal sambil melipat tangan di dada. Ia memandang ke arah lain tanpa melihat appa maupun eommanya.

 

“aigoo… hyunnie eomma ngambek” seru eomma Seohyun mengikuti jejak suaminya yang terus menggoda Seohyun.

 

“ayolah.. aku lagi tak suka bercanda” sahut Seohyun tetap dengan perasaan kesal.

 

“oh.. ne ne. tapi duduk dulu ya sayang, nanti appa jawab sebisa appa” jawab appa Seohyun dan membawa Seohyun ke sofa untuk melepas lelah.

 

“perjalanan dari Mokpo dengan kereta pasti sangat lelah. Mau eomma buatkan makanan kecil?” Tanya eomma Seohyun lembut.

 

“terserah eomma.. tapi berbahan kentang ya eomma” pinta Seohyun dengan wajah bernafsu *eh?* , maklumlah, kentang adalah salah satu makanan favoritnya.

 

Seohyun POV

 

Aku menghela nafas lega setelah menempuh perjalanan dari Mokpo ke Seoul dengan kereta api. Kuregangkan tanganku lebar – lebar, menghirup udara dingin dari AC ruangan yang terpasang. Kulirik appa yang hanya geleng – geleng melihat kelakuanku.

 

Aku tersadar apa yang sekarang harusnya aku proteskan. Begitu banyak pertanyaan yang harus kuajukan sekarang. “appa….!” Kulipat tanganku di depan dada lalu mengerucutkan bibirku, sikapku bila sedang ingin ngambek atau marah.

 

“hmmm..” jawab appa tanpa melihatku. Aku merenggut kesal, “kenapa appa menyuruhku pulang ke Seoul? Kenapa appa terus memaksaku untuk pulang? Ada apa appa? Liburanku kan masih setengah bulan lagi. Lalu apa lagi itu, kenapa harus asisten park yang menjemputku di stasiun kereta? Appa tau kan kalau aku kurang suka dengan asisten park.” Semprotku pada appa dengan banyaknya pertanyaan. Aku mesti mendapat jawaban jelas.

 

Appa melongo melihatku, “aigoo.. Seohyun sayang, jangan bertanya dengan bertubi – tubi seperti itu. Satu – satu ya..”

 

“isshh… ayolah appa. Walaupun banyak pertanyaan, appa pasti bisa jawab kok” cerocosku.

 

“oh.. baiklah, appa memang tak pernah menang darimu.” Aku memutar mata kesal. Masih bisa juga dia bercanda.

 

“ada alasan tersendiri kenapa appa menyuruhmu segera pulang. Kau akan tau itu malam nanti. Lalu masalah asisten park, appa tau kau kurang suka dengan dia. Tapi hanya dia, yang akan membuatmu patuh melakukan segala sesuatu tanpa harus menggunakan bentakan” benar – benar jawaban yang tidak aku harapkan. Malam? Ada apa… kenapa tidak sekarang saja sih.

 

“tapikan..!” baru akan kulanjutkan omonganku dengan kata – kata pedas, eomma sudah menyela dengan bau cake kentang kesukaanku. “hmm.. cake kentang!” seruku lalu bergegas menuju dapur. Appa hanya kembali menggeleng – gelengkan kepalanya lalu memfokuskan dirinya pada berita yang sedang disebarkan.

 

‘Pengusaha muda Lee Donghae, baru saja terpilih sebagai pria idaman para wanita Seoul. Karismanya sebagai seorang pria dan seorang yang sangat berwibawa , didukung dengan ketampanan serta postur tubuh tegap dan tinggi, membuatnya dipilih banyak wanita Seoul sebagai seorang pria idaman sebagai seorang pendamping hidup. Terpilihnya dia sebagai pria idaman membuat banyaknya para netizen berkomentar akan berita ini, berikut tayangannya’

 

~~~

Jarum jam menunjukkan tepat pukul 5 sore. Sedangkan berdasarkan appa, aku akan mendapat jawabanku jam 7 nanti. Bukan hanya itu, appa bahkan menyuruhku berdandan secantik mungkin. Menggunakan dress resmi dan bersikap layaknya wanita berkelas.

 

Untuk penampilanku malam ini, aku tidak terlalu heboh seperti biasanya aku pergi ke pesta. Karena menurut alibiku, appa akan mengajakku makan malam bersama rekan – rekan kerjanya atau bisa dibilang sahabatnya semasa sekolah dulu. Appaku memang paling bersahabat. Dia juga sering mengajakku dengan eomma untuk sekedar berkenalan saja.

 

dress panjang berwarna pink dan sepatu ber-hak tinggi berwarna kuning  melengkapi penampilanku. Sudah kubilang kalau penampilanku akan sangat biasa, bukan. Rambut hitam bergelombang kugerai saja. Simple bukan? Make upku juga tidak mencolok. Hanya sedikit riasan yang kupakai.

 

 

 

“Eomma.. Appa” panggilku pada kedua orang tuaku yang telah siap di ruang keluarga. Eomma seperti biasa berpenampilan sebagai seorang wanita berkelas. Pakaiannya tidak pernah terlepas dari kata anggun. Dan appa? Jangan kalian tanya pria yang sudah berkepala lima ini, jas hitam serta kemeja abu – abu dilengkapi dengan dasi hitam serta sepatu hitam khas pejabat telah dikenakannya. Gaya andalan.

 

“woo… neomu yeppeo!” ucap Appa saat melihatku. Aku tersipu malu mendengarnya, walau sudah berulang kali appa mengatakan kata itu, tapi aku tak pernah bosan mendengarnya. Siapa sih wanita yang akan menolak dibilang cantik? Eomma hanya manggut – manggut menanggapi ucapan appa. “Seohyunnie memang tak pernah jelek. Siapa dulu eommanya,” bangga eomma dengan senyum lembutnya.

 

“ahahahaha… itu benar” tanggap appa. Beliau segera menuntun kami menuju mobil van yang akan mengantar kami. Tentu saja ada supirnya.

 

~~~

Restoran bergaya italia merupakan tempat tujuan kami sekarang. Elegan. Satu kata yang dapat kucetuskan untuk restoran ini. Benar – benar sangat elegan dan tentu saja, berkelas. Aku berjalan dibelakang eomma dan appa. Aku mengekori mereka, benar – benar seperti anak itik yang sedang mengikuti induknya kemana saja induknya pergi.

 

Pandanganku menyapu seluruh restoran ini. Oke,, aku jujur saja. Aku belum pernah datang ke tempat seperti ini. Karena memang appa lebih suka mengajakku ke restoran bergaya tradisional korea.  Tak ada satu sudutpun yang kulewatkan. Kebanyakan pelanggan disini sepertinya adalah orang – orang yang memegang banyak uang. Lihat saja gaya mereka.

 

Tiba – tiba saja,eomma dan appa berhenti pada sebuah meja kosong. Dimana teman – teman appa? Apa mereka belum datang? “ayo duduk Seohyunnie” ucap eomma. Aku hanya menurut saja lalu duduk sebelah eomma.

 

“appa!” panggilku.

 

“ne?”

 

“apa ini adalah family dinner?” tanyaku antusias. Tentu saja antusias, walaupun terbilang appa yang baik dan perhatian, appa sangat jarang mengadakan makan malam keluarga. Appa hanya tertawa kecil lalu menjawab pertanyaanku, “oh.. tentu saja” aku tersenyum girang mendengar jawaban appa. Kutegakkan badanku menunggu pelayan yang akan memberi daftar menu, aku akan memesan makanan termahal disini!

 

5 menit, 10 menit, pelayan itu tetap saja belum datang. Dan anehnya, appa dan eomma tetap saja tenang tanpa ada raut wajah akan melabrak para pelayan karena tak kunjung melayani kami. “issh… appa”

 

“ne. waeyo?”

 

“aku sudah lapar. Ayolah…”

“sabar sebentar ya…” appa mengeluarkan hp touch screen hitamnya lalu seperti mengetikkan sms kepada seseorang. Aku merenggut kesal, perutku sudah minta diisi sedari tadi.

 

“sajangnim.. mianhae saya terlambat” suara seseorang dari belakangku membuatku segera menoleh. Seorang pria tegap tengah berdiri dengan nafas yang cukup tersengal. “ohh.. Donghae-ssi. Untung saja kau sudah datang. Kukira kau takkan datang” ucap appa dengan raut wajah senang. Berbeda dengan appa, aku tentu saja langsung berdiri dan berteriak, “KAU!”

 

Sontak seluruh restoran melihatku. Sadar atas apa yang kulakukan, appa langsung menunduk tanda maaf. “errrr… kau lagi!” pria ini tentu saja tak jauh beda dariku. Pria sombong yang sudah mendapat pelajaran dengan pengrusakan body mobil itu.

 

Appa terlihat bingung melihat kami berdua. Aku merenggut kesal dan melipat tangan di dada. “kenapa kau ada disini?!” ucapku setengah berteriak. Tentu saja agar tidak menghasilkan malu.

 

Bukannya dia yang menjawab, malah appa yang berkata “kalian sudah saling mengenal?”

 

“Tentu saja tidak!” ucap kami bersamaan. Mwo? Bersamaan? Dasar pengikut!

 

“Seohyunnie.. duduklah” “Donghae-ssi, mari duduk” ucap appa dan eomma. Dengan kesal aku kembali duduk. Tapi mataku tidak lepas dari pria mokpo sombong yang juga duduk dihadapanku. Tatapan kami terus berseteru.

 

“ohoho… ada apa ini?” tanya appa lagi. Pria ini langsung menutup matanya lalu memandangi appa, “mianhamnida tuan atas sikapku yang aneh” ujar pria sombong itu.

 

“oh.. gwenchana. Kalian sudah saling kenal?”

 

“sudah kubilang tidak, appa!” jawabku dengan kesal.

 

“baiklah.. nona, perkenalkan. Lee Donghae imnida” ucap pria ini errr.. sopan. “Seohyun.” Balasku singkat. Masih ada rasa kesal karena kejadian tabrakan tak bertanggung jawab dan pengrusakan body mobil itu. Donghae –pria sombong ini– mengulurkan  tangannya, dengan malas aku menyambutnya untuk bersalaman.

 

Appa tersenyum melihat kami, “sepertinya akan sulit ya, istriku” ujar appa pada eomma. Eomma hanya membalas dengan kekehan kecil. Tak lama kemudian, pelayan datang dengan membawa makanan, padahal aku belum memesan, mungkin appa sudah membooking dan memesan lewat telepon. Steak dan beberapa minuman menemani makan malam ini.

 

Dengan sadis, kupotong steak yang menjadi santapanku. Donghae juga terlihat kesal, dia terus makan tanpa mengangkat kepalanya sama sekali. Terus ditatapnya steaknya dengan mata kesal. Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu.

 

“ehhmm…” appa sepertinya akan berbicara

 

“apa kalian tau kenapa saya mengundang kalian kesini?” tanya appa dengan sifat wibawanya. Aku menggeleng.

 

“aku dan Lee Ah, berencana  untuk menjodohkan kalian” aku terbatuk. Apa? Perjodohan? Bibi Lee Ah?

 

“MWO? YANG BENAR SAJA?!” Aku berteriak saat itu juga. Tidak kugubris tatapan mematikan dari setiap orang yang seakan berkata -diamlah-kau-. Tapi Donghae tetap saja tenang. Apa dia sudah tau tentang hal ini? Pantas saja matanya terasa kesal saat melihatku. Aku tak mau!

 

“ne Seohyunnie.. eomma rasa, kau sudah pantas untuk memiliki seorang suami.” Kata eomma.

 

Kuhempaskan pisau dan garpu yang sedari tadi kupegang, “tidak! Aku menolak perjodohan ini! Aku tak mau dijodohkan dengannya!” tolakku mentah – mentah. Appa, aku bukan bonekamu lagi yang dapat kau mainkan seenaknya.

 

Donghae tersenyum kecil lalu angkat bicara, “sudahlah.. percuma kau tolak”

 

Aku mendelik tajam dirinya. Andai saja aku jahat, sudah kutusuk perutnya itu dengan pisau steak. “maksudmu apa? Siapa kau, ha!” balasku kasar.

 

“hahaha…Seohyun sayang, appa harap kau tidak menolak. Karena jika kau menolak, sama seperti kata Donghae, percuma”

 

“percuma kenapa appa?”

 

“kau sudah diikatkan benang merah sedari kecil dengannya. Jadi, kalian tetap saja tidak bisa terpisah” tak masuk akal. Appa masih saja percaya dengan tradisi benang merah itu?  Benar – benar diluar nalar.

 

“aku tak peduli. Pokoknya aku…”

 

“KAU MESTI MENIKAH DENGAN DONGHAE!” bentak appa dengan memotong perkataanku. Aku terdiam. Aku memang tak pernah bisa mengelak jika appa sudah mengeluarkan suara bentakan.

 

“aissh…”

 

~~~

What the hell! Sekarang dengan sengaja appa menyuruhku pulang dengan pria mokpo sombong berwajah ikan ini? Appa berkata dia dan eomma  akan mengunjungi teman lama yang baru saja tiba dari London. Benar – benar trik kuno, appa!

 

“sudahlah.. sudah kubilang percuma bukan, nona kodok” namja stress itu kini membuka keheningan yang terjadi dalam mobil.

 

“apa maksudmu nona kodok, ha?! Dasar namja stress!” balasku sengit. Seenaknya saja mengataiku nona kodok.

 

“ahjumma yang memberitahuku. Katanya, kau suka sekali dengan animasi kodok jelek yang apa namanya? Kekero?”

 

“MWO? Apa maksudmu kekero?! Namanya  keroro! Aku merasa terhina kau mengatakan keroro jelek! Setidaknya keroro masih lebih tampan dan lebih baik darimu, namja stress!” cerocosku. Seenaknya saja dia mengatakan keroro itu kekero dan mengatakan kodok jelek. Menjengkelkan.

 

“aku punya nama! Namaku itu Donghae, dan satu lagi, sejak kapan kekero, eh.. kerero atau apalah itu menjadi lebih tampan dan baik dariku?! Dia hanyalah seekor kodok jelek berlendir!” balasnya tak terima.

 

“KERORO!!!! DASAR IKAN!!!”

 

“NONA KODOK JELEK!!!”

 

“IKAN!”

 

“KODOK!”

 

“IKAAAAAN!!!!”

 

“KODOOOK!!!!”

 

“IKAAN!”

 

“KODOOOK!!!”

 

“IKAAAAAANN…!!!!!!”

 

“KODOOOOKK!!”

 

“IKAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”

 

“Hhh.. CUKUP!!!!”pekikan kami akhirnya berhenti. Benar – benar namja ini selalu mengajakku untuk melakukan pertengkaran atau pengataian. “huh! Dasar ikan!” gerutuanku masih saja berlanjut, tapi aku berusaha untuk tidak memandang wajah namja ikan nemo ini.

 

Aku mendengar kekehan kecil dari mulutnya walau matanya tetap fokus menyetir. Untuk mengurangi rasa penasaranku, aku bertanya “apa yang kau tertawakan?” tetap saja dengan ketus.

 

“kita saling mengatai seperti anak kecil yang sedang berebutan mainan. Benar – benar kekanakan..”

 

“kau sendiri yang mulai dengan mengataiku kodok.. menjengkelkan”

 

“baiklah.. aku menyerah. Hmm.. seo-ssi” tidak kuhiraukan panggilannya, aku tetap menatap pemandangan malam seoul yang masih hiruk pikuk.

“Seohyun-ssi” panggilnya lagi.

 

“wae?” tujuan semulaku untuk tak menjawab runtuh. Entah mengapa lelaki ini selalu membuatku semangat untuk membalas ucapannya.

 

“ apa kau.. menerima perjodohan ini?” aku mengernyit bingung mendengar ucapannya. Tentu saja tidak. Harusnya dia tau itu. Penolakanku saat di restoran tadi seharusnya sudah menunjukkan kalau aku benar – benar tidak ingin ada perjodohan ini. Tetapi dia sendiri bilang, percuma saja aku menolaknya, karena appa akan tetap menikahkan kami berdua. Benar – benar…

 

“ani.. kau tau itu”

 

“oh.. ya. Aku tau itu. Hanya,,, jika memang takdir mengharuskan kita untuk menikah. Apakah kau..”

 

“cukup berkata hal yang tidak jelas, Donghae-ssi” aku langsung membuka pintu mobil saat aku melihat mobilnya telah berhenti tepat di rumahku. Donghae pun  begitu, dia segera menyudahi perkataannya dan ikut turun dari mobil, masuk ke dalam rumah.

 

KLEK

 

Cahaya lampu menerangi rumah yang sedari tadi gelap. Aku tau kebiasaan asisten park yang akan mematikan lampu rumah pada saat malam jika tidak ada orang di rumah, ataupun jika ada pekerja, hanya ruangan yang digunakan saja yang dinyalakan lampunya. Benar – benar suatu wujuh penghematan yang baik.

 

“appa-nim dimana?” aku melongo tak percaya menatap lelaki yang mengikutiku dari belakang dan kini telah berdiri tepat di sampingku. “berani sekali kau memanggil appaku dengan panggilan appa-nim sedangkan kita saja belum terikat pernikahan” sahutku.

 

“appa-nim yang tadi menyuruhku memanggilnya seperti itu” aku menggeleng kesal.

 

Aku segera melepas sepatuku dan berjalan menuju kamarku yang berada di lantai dua. Sedangkan Donghae langsung meraih remote tv dan menonton salah satu siaran hari ini, entah apa itu. Jika melihat keadaan rumah, sepertinya appa dan eomma belum pulang. Keadaan rumah sangat sepi, tak ada seorang pekerja pun yang tampak. Mungkin ini karena libur yang appa berikan selama musim panas ini.

 

Drrt.. drrrt.. getaran dari ponsel cerdas milikku membuatku segera melihat pesan masuk. Sudut bibirku tersungging naik saat membaca pesan itu

 

From: Kyuhyun oppa

 

Chagi.. aku sudah tiba di Korea. Maukah kau ke club untuk bertemuku?

Aku mencintaimu :*

 

TBC

 

Haduh.. rencananya gak bakal masukkin Kyuhyun disini. Tapi otakku benar – benar sparkyu, akhirnya ada cast Kyuhyun deh. Tapi readers ingat ya.. ini ff SeoHae. Jadi, endingnya pasti SeoHae *dilempar wires*

 

Sekali – kali Seohyun dengan member suju lain gak papa donk XD

Tapi kan hanya fanfic. Di kehidupan nyata, mesti seokyu donk.

RCL readers…

13 komentar di “MOKPO IN LOVE [II]

  1. hohohohohoho *evil smile*
    akhirnya ada juga ff seohyun-donghae~~ :3 jarang sekali aku menemukan pasangan mereka~ mungkin karena yang sering aku cari seokyu kali ya hehehe ^^ pairing ke dua yang paling aku suka setelah seohyun ^^
    hmmm ceritanya menarik~ tapi di sini seohyun berlebihan amat ya bentak2 nya =.=”
    oiya, aku setuju kyuhyun jadi pengganggu~ tapi akhirnya tetep seohae ^^
    ayo lanjutan jangan lama2 ya ^o^

    • sama donk! aku juga suka seohae setelah seokyu
      kyu sini cocok ya jadi orang ketiga? *evil smirk*
      kekeke~
      oke.. lagi proses nih. doain aja nextnya puas ya
      makasih

  2. keke seo emang selalu berteriak ya?
    seohae kayak anak2 aja.
    keke.
    love triangle? hee aku suka..
    aku juga ship seohae setelah seokyu.
    so aku ok aja..
    update soon ya.:)

  3. wahk kyuppa ada jga,, lucunya pertengkaran seohae ini kaya anak kecil bgt..
    sesuju d ff blh sma haeppa tp d khdpan nyata cma bwt kyu doanx seo nya

  4. Andwe…ko ada kyupa,ah…kyupa kasian klw seandainya tau seo mau dijodohin ma namja lain.aku pengen ketawa bener2 ga biasa z biasanya kan seokyu sekarang seohae tapi ga apa2 lah kali2 jgn seokyu terus,tapi tetap z ga rela klw nanti akhirnya kyupa ma yeoja lain bukan ma seo T____T

Tinggalkan komentar