Oppa.. Thank You

Oppa Thank You

 

halo.. apakabar semua?

saya kembali dengan ff baru saya. memang ini tidak ada super generation.

hanya ada DongHyun (boyfriend) dan other cast buatan saya. dan satu lagi, Shin Ri Young, itu nama korea teman saya yang lagi ulang tahun pada hari jumat lalu. her name is ivana langi. happy birthday!

tapi, saya tetap masukin ini ke blog karena ini murni keluaran otak saya. dan maaf krn telat post yang lain. dan mungkin ff yang lain msi agak lama, soalnya saya bnyk tugas sekolah. oke oke… readers yang saya sayangi. selamat membacaa…!!!

*******

Cast:

Kim DongHyun

Shin Ri Young

Kim SooYan (other cast)

Title:

Oppa.. Thank You

Genre:

Romance, Sad, Friendship

______

“oppa.. sampai kapan oppa akan di Jepang? Oppa tidak merindukanku?”  tanya seorang yeoja dengan lemas. Raut wajahnya menunjukkan bahwa dia sedang bersusah hati.

“mianhae jagiya, oppa sangat merindukanmu.. tapi comeback kami di Jepang belum usai. Minggu depan mungkin..” balas namja dari seberang. Yeoja itu mengembuskan nafas lemah, “oppa…  I miss you”

“I miss you too, RiYoung-ah. Saranghaeyo..”

TIT

Bunyi sambungan telepon ditutup terdengar. RiYoung melepas handphone putih pemberian DongHyun dengan lemas, “oppa.. tidak tau kah kamu? Penyakit ini terus menggerogoti ku” ucap Haneul lemah.

~~~

BRUK

“RIYOUNG!!!” teriak SooYan melihat RiYoung terjatuh dan pingsan. Sontak saja semua mahasiswa di sekitar situ membantu membopong tubuh RiYoung ke ruang kesehatan kampus. Dokter yang memang bertugas di situ pun langsung bertindak cepat, memeriksa keadaan RiYoung.

SooYan menunggu RiYoung dengan perasaan khawatir, bagaimana tidak? Dia melihat secara langsung temannya pusing dan ambruk di depannya. Gugup, takut, khawatir, dan semua memenjarakan hatinya, dia takut terjadi apa – apa dengan RiYoung. “Tuhan.. semoga saja tidak terjadi yang buruk” doa SooYan dalam hati dengan gelisah.

“RiYoung.. ada apa denganmu? Kenapa pingsan? Bukannya kau strong woman. RiYoung.. jangan buatku takut dan khawatir seperti ini donk” protes SooYan di dalam hati. “Kim SooYan.. ayo tenang. Mungkin dia cuma kelelahan. Ya.. kelelahan!” ucap SooYan berusaha tenang. Tidak lama kemudian, dokter yang memeriksa RiYoung keluar dari ruangan, dengan perasaan tenang sang dokter memulai pembicaraannya, “RiYoung dalam kondisi yang memang kurang sehat. Jika bisa, saya sarankan agar membawa dia ke rumah sakit.

“apa dokter? Rumah sakit? RiYoung sakit apa dok..?” tanya SooYan panik. Rumah sakit? Berarti kondisi RiYoung sangat parah. Dia bukan pingsan karena kelelahan, tapi mungkin saja karena ada sesuatu yang mengidap dalam tubuh RiYoung. “saya belum tau pasti.. oleh sebab itu saya anjurkan dia dibawa ke rumah sakit” anjur dokter. SooYan menangguk mengerti, “baik dok.”

~~~

“apa? Rumah sakit?” seru DongHyun ke arah handphone yang berada di telinganya. SooYan menjauhkan handphone RiYoung dari telinganya, seruan DongHyun membuat telinganya mungkin terganggu. “ne.. tadi di kampus dia pingsan. Dan sekarang sedang di rumah sakit.. makanya, cepatlah DongHyun oppa pulang”

“mianhae SooYan. Tapi program kami belum selesai,,” belum selesai DongHyun menyelesaikan omongannya, SooYan sudah memotong, “oppa lebih mementingkan program comeback oppa dibandingkan yeojachingu oppa sendiri?! RiYoung kritis oppa!” bentak SooYan. SooYan sudah tidak habis pikir dengan sikap DongHyun yang lebih mementingkan program comeback boybandnya, Boyfriend di Jepang. Hari itu sudah memasuki hari ke 15 RiYoung tidak bertemu DongHyun.

“bukannya aku tidak mempedulikan RiYoung. Aku mencintai RiYoung, aku tidak mau dia kenapa – napa. Tapi bagaimana aku bisa pulang? Ya sudah.. aku janji minimal 3 hari lagi aku akan pulang.”

“3 hari? Lama sekali…”

“tidak bisa begitu… ini pun aku sudah memaksa”

“baiklah. Khamsahamnida oppa..”

“ne.. sampaikan salam sayangku kepada RiYoung bila dia sudah sadar ya..”

“ne oppa.. sampai jumpa”

SooYan menatap layar handphone RiYoung yang berwallpaper RiYoung dan DongHyun sedang berfoto sambil memegang lollipop berbentuk love.  SooYan tersenyum melihatnya, melihat keceriaan sahabat akrabnya sejak kecil. Dia masih ingat, saat RiYoung berjingkrak – jingkrak senang karena ditembak oleh DongHyun yang notabanenya adalah seorang superstar. RiYoung pun dapat berkenalan dengan DongHyun karena kebetulan SooYan adalah sepupu dari DongHyun.

SooYan beranjak dari tempat duduknya memasuki kamar rawat RiYoung. Dirinya menatap sedih tubuh RiYoung yang terbujur kaku. Matanya tidak pernah terbuka sejak saat itu. SooYan telah mengetahui semua, mengetahui kenapa mata RiYoung tidak pernah kunjung terbuka. Kanker hati. Kanker membuat semua ini, RiYoung belum pernah sadar sejak pingsan, atau lebih tepatnya sekarang RiYoung mengalami koma.

SooYan mendekati ranjang RiYoung, menggenggam erat jemari RiYoung secara perlahan, air matanya mulai mengalir di pipi, meratapi nasib sahabatnya ini, “RiYoung-ah… jebal, ireona… jebal…  buka matamu RiYoung.. kumohon” SooYan menangis sejadi – jadinya di ranjang RiYoung, disamping tubuh terbujur kaku sahabatnya. Menutup kedua wajahnya dengan kedua lengannya.

“DongHyun oppa…” suara itu menganggetkan SooYan. Dia tau, itu suaranya RiYoung. RiYoung akan sadar, itulah yang terpikir di pikiran SooYan. Segera dia menghapus air matanya, dia tidak mau RiYoung kecewa karena melihatnya menangis. “RiYoung-ah… kau sadar? Ayo buka matamu…”

Perlahan kedua mata RiYoung terbuka hingga sempurna. Sesekali RiYoung mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, menatap ke sekelilingnya yang berubah. “dimana ini?” tanya RiYoung lemah pada SooYan di sebelahnya. SooYan tersenyum senang, “kau dirumah sakit, chingu. Ingat kan kalau kau pingsan? Dokter menyuruh kami membawamu ke rumah sakit supaya kau menjadi lebih sehat”. RiYoung menangguk mengerti, matanya menatap sekeliling sekali lagi. Tetapi arah pandangannya berhenti di kalender, RiYoung menyipitkan matanya, “tanggal 15 Januari? Bukannya hari ini tanggal 13?”

SooYan sedikit kelabakan mendengar pertanyaan RiYoung. Dengan tujuan awal berbohong, tetapi akhirnya dia harus jujur, “ne… sekarang tanggal 15 kok. Kau… kau koma selama 2 hari” kata SooYan agak pelan. “koma? 2 hari? Lama sekali…” ucap RiYoung dengan nada yang agak mengundang tawa SooYan.

“kenapa kau tertawa, Soo?” tanya RiYoung bingung

“ani… gwenchana. Hhh..hahah..” jawab SooYan sambil menahan tawa. RiYoung mengerecutkan bibirnya kesal, “dasar..”

“ya sudahlah.. tunggu sebentar. Aku mau panggil dokter dulu..” ucap SooYan sambil melangkah keluar. RiYoung menangguk menurut. Setelah kepergian SooYan, pikirannya kembali berputar. “DongHyun oppa… kapan kau pulang? Sepertinya, kankerku sudah mulai menyerang lagi. Ssshh…” gumam RiYoung lirih sambil sesekali menahan sakit di sekitar hatinya. “ssshh.. sakit..” lirih RiYoung lagi. Air matanya menetes, “sshha.. sakitt. God, help me”

Tak perlu menunggu lama, SooYan sudah kembali dengan dokter serta beberapa orang suster disebelahnya. SooYan terkaget melihat RiYoung yang menangis sambil memegang di sekitar hati. “RiYoung-ah… gwenchana?” tanya SooYan panik. Dokter pun segera bertindak, para suster meminta SooYan untuk menunggu di luar lagi. “tapi dia temanku sus..”

“maaf, tapi anda harus menunggu di luar” ucap suster dengan tegas. Sepertinya memang sudah tidak boleh. SooYan menunggu di luar dengan berdoa, melihat RiYoung yang menahan sakit itu sepertinya sangat menderita. Beberapa saat kemudian, SooYan mengeluarkan handphone miliknya. Memencet nomor seseorang dan segera menempelkan handphonenya di telinga.

“DongHyun oppa.. lekaslah pulang” pinta SooYan sambil sesenggukan.

“………………………..”

“oppa… RiYoung sekarat”

“………………”

“baiklah oppa… sampai jumpa”

SooYan menutup telepon dengan gundah. Dia bingung harus berbuat apa sekarang. Tak lama kemudian setelah menelepon, dokter yang memeriksa RiYoung keluar. Sontak saja SooYan langsung menghampiri dokter itu, “dokter… RiYoung”

“ikut saya ke ruangan saya. Ada hal yang mesti saya bicarakan dengan anda” ucap dokter itu lalu melangkah pergi. SooYan menurut saja, dia mengikuti dokter itu sampai ke ruangannya. SooYan duduk di kursi lalu sang dokter mulai berbicara.

SooYan keluar dari ruangan dokter dengan langkah gontai. Dia tidak menyangka kanker itu parah, dan satu – satunya jalan ialah melakukan operasi. Tapi, dia tidak dapat melakukannya sekarang, orang tua RiYoung belum tau hal ini sama sekali. Tanpa basa basi, SooYan  menelpon orang tua RiYoung. Semula dia cukup takut dengan marahnya orang tua RiYoung tapi ternyata tidak, orang tua RiYoung mengizinkan operasi dijalankan, karena mereka tidak bisa ke Korea untuk melihat RiYoung. Tak ada jadwal pesawat yang terbang saat itu.

~~~

“SooYan lama ah… capek nunggu nih. Sepi..” gerutu RiYoung saat melihat SooYan memasuki ruangannya. SooYan hanya tersenyum lalu duduk di kursi di sebelah ranjang RiYoung. “bagaimana keadaanmu RiYoung? Apa masih sakit?” tanya SooYan memastikan. RiYoung menggeleng, “ani.. aku kan strong woman. Jadi tidak mungkin rasa sakit” jelas RiYoung. SooYan tertawa mendengar jawaban RiYoung, “masa?”

“iya kok..”

“oh ya?”

“SooYan!”

“ahaha.. mianhae RiYoung sayang”

“hehe… Soo!”

“waeyo?”

“tadi dokter bilang apa? Aku sudah boleh pulang? Aku bosan di rumah sakit terus”

Ucapan RiYoung membuat SooYan terkejut. Dia tidak menyangka RiYoung tau bahwa dia ada berbicara dengan dokter. Dia pikir RiYoung tidak mendengarnya. “dokter bilang… mm…”

“apa? Dokter bilang apa?”

“kau harus menjalani operasi kanker hati, Ri” jawab SooYan sambil menunduk. Ia tak mampu melihat wajah sedih RiYoung karena dia akan operasi. “mwo? Operasi?” SooYan menangguk pelan.

‘berarti penyakit kanker ini sudah parah sekali. Ya Tuhan… kenapa harus operasi?’ batin RiYoung sedih.

“ani.. aku tidak mau operasi!” tolak RiYoung. SooYan cukup kaget dengan jawaban RiYoung, tidak mau. RiYoung tidak mau operasi? Kalau tidak operasi…

“berdasarkan pemeriksaan yang telah saya lakukan tadi, pasien mengalami kanker hati seperti yang sudah saya katakan. Namun, ternyata kanker hati itu tidak seperti yang saya perkirakan. Kanker hati ini merupakan kanker lama yang kembali kambuh”

 

“maksud dokter, RiYoung sudah menderita kanker hati sejak lama?”

 

“iya.. dan satu – satunya jalan untuk mengatasi adalah operasi. Dan itupun tidak 100% dapat sembuh total. Kanker ini sudah memasuki stadium 3”

 

“haa? Tapi dok.. kalau misalkan tidak operasi, apakah akan berakibat fatal?”

 

“tentu saja… kanker akan bertambah parah dan kondisi tubuh pasien akan sangat lemah. Bahkan kematian dapat menjadi ancaman terbesar bila tidak melakukan operasi. Oleh sebab itu, diharuskan untuk melakukan operasi.”

 

SooYan mengingat kembali pembicaraannya dengan dokter yang memeriksa RiYoung. Akibat fatal, bahkan kematian dapat menjadi ancaman bila RiYoung tidak segera melakukan operasi. Tapi, disini RiYoung tidak mau operasi. Bagaimana dia harus bertindak sekarang?

“RiYoung-ah.. kau harus operasi. Kalau tidak kankermu akan bertambah parah”

“aku tidak mau SooYan. Lagipula kalau operasipun tidak berarti aku sembuh total kan.. lebih baik tidak usah”

“RiYoung-ah… jebal..”

“andwe!”

“kau mau apa deh? Pasti akan aku lakukan. Apapun itu..” kata SooYan akhirnya. Pikirnya, mungkin saja kalau dengan cara seperti ini RiYoung akan tertarik dan mau dioperasi. Toh ini juga untuk kebaikannya kan.

“jinjja?” tanya RiYoung riang. SooYan menangguk pasrah. “yee.. ne.. aku mau DongHyun oppa pulang”

“DongHyun oppa pulang?” RiYoung menangguk senang dan tersenyum-senyum. Dapat dipastikan bahwa RiYoung memang sangat merindukan DongHyun yang sudah lebih dua minggu tidak bertemu dengannnya, hanya berkomunikasih lewat media telepon atau email.

“ya,. kalau itu sih aku…”

“RIYOUNG-AH!!! AKU DATANG” teriak seorang namja dari arah pintu ruangan yang masih tertutup. Tidak perlu menunggu lama, dalam hitungan detik, pintu itu di buka dengan keras dan tampaklah seorang namja yang sangat dirindukan telah ada dihadapannya.

“DongHyun oppa!!!” tanpa sadar RiYoung melepas selang infus yang ada di pergelangan tangannya lalu memeluk DongHyun. “oppa.. bogoshippo” kata RiYoung rindu.

SooYan tersenyum puas dan senang melihat RiYoung yang sudah bisa tertawa dan tersenyum dengan sangat girang. Bagaimana tidak? RiYoung bertemu dengan seorang pangeran yang sudah sangat lama tidak bertemu dengannya

“waha.. kau sangat merindukanku yaa?” tanya DongHyun sambil membalas pelukan RiYoung. “ne oppa… jeongmal bogoshippoyo”

“nado bogoshippo, jagiya” DongHyun menambah erat pelukan dari RiYoung.

~~~

“mwo? Kau tidak mau dioperasi?” kaget DongHyun mendengar yeojachingunya bersikeras untuk tidak dioperasi. “percuma oppa…”

“percuma? Karena?”

RiYoung menggeleng lemah lalu mendorong kursi rodanya kea rah bawah pohon untuk berteduh. Ya.. sekarang mereka ada di taman. RiYoung memang meminta SooYan untuk mengantarnya ke taman bersama DongHyun, lalu meminta juga agar dia ditinggal berdua dengan DongHyun. Dan itu pasti aman, karena DongHyun sudah memakai penyamaran lengkap agar orang tidak menyadari keberadaannya sebagai seorang bintang.

“oppa… asal oppa tau, aku sakit oppa. Aku sakit kanker. Kanker ini sudah sangat mematikan. Jika aku operasi pun, tidak total sembuh. Kanker tidak akan 100% hilang seperti harapan. Kanker itu akan kembali lagi, oppa. Jadi itu percuma” jelas RiYoung sambil menahan air matanya yang hendak keluar. DongHyun menyadari bahwa RiYoung sedang bimbang, dia mendekat lalu memeluk RiYoung dari belakang, “apakah hidupmu akan percuma juga bila lebih berlama-lama bersama denganku?”

“itu tidak mungkin oppa… aku mencintai oppa” kata RiYoung.

“ya oleh sebab i…” RiYoung segera memotong pembicaraan DongHyun.

“tapi oppa, sakit jika harus terus berlama – lama hidup dengan penyakit ini. Penyakit ini akan terus membuatku menderita. Aku tau, aku cinta oppa, oppa cinta aku, smua orang juga mencintaiku. Tetapi oppa, hidupku juga pasti ada batasnya. Tuhan telah membatasi umurku di usia ini oppa. Di usia 23 tahun, mungkin ini sudah takdirku”

“sst… jangan bicara soal kematian, jagi. Aku belum ingin dan tidak pernah ingin untuk kehilanganmu. Jadi pliss… kamu operasi ya. kumohon.. demi aku, demi cinta kita.”

“hhh…. Baiklah oppa. Aku mau operasi. Tapi besok…” kata RiYoung akhirnya menyerah.

“begitu donk.. itu baru kekasih dari seorang DongHyun, boyfriend” senang DongHyun lalu mengacak – acak rambut RiYoung gemas hingga membuat yeoja itu hanya dapat mengerucutkan bibirnya kesal.

~~~

“oppa…” panggil RiYoung kepada DongHyun yang sedang asyik mempelajari lagu baru dari Boyfriend.

“ne?” jawab DongHyun tanpa mengalihkan tatapannya dari kertas putih yang terdapat lirik dan nada dari lagu baru tersebut.

“aku mau tidur… aku capek” ucap RiYoung lemah.

DongHyun  pun menatap RiYoung lemah, “kau serius? Ini baru jam setengah 9. Bukannya biasanya kau tidur jam 10?”

“tapi aku capek oppa… aku mau tidur” ucap RiYoung lagi. DongHyun pun mendekatinya, “baiklah kalau kau mau tidur.. istirahat yang cukup ya untuk tenagamu besok saat operasi” ucap DongHyun lalu mencium kening RiYoung lembut. RiYoung terus menatap DongHyun, “saranghaeyo oppa.. terima kasih. Selamat tinggal” ucap RiYoung lirih hingga hampir tidak terdengar

“ne? kau bilang apa?” tanya DongHyun bingung karena tidak mendengar. Tetapi hanya bisu yang dibalas. Perlahan RiYoung menutup matanya dengan damai.

“selamat tidur, princess” ucap DongHyun lalu mencium pipi RiYoung.

~~~

Pagi ini, RiYoung akan melakukan operasi. SooYan dan DongHyun telah bangun lalu tinggal menunggu RiYoung bangun. “Dong oppa.. kok RiYoung belum bangun juga ya? ini sudah jam 9 pagi lho..”

“iya.. tumben banget dia telat bangun. Dibangunin saja deh, dokter sudah menunggu” DongHyun pun menggerak-gerakkan badan RiYoung yang masih terlelap. DongHyun sedikit kebingungan karena RiYoung tidak kunjung bangun, padahal biasanya dia pasti sudah marah dibangunkan dengan cara seperti ini. “RiYoung-ah… ireona”

“RiYoung? Shin Ri Young.. ireonaaa” goncangan tubuh RiYoung pun bertambah keras dibuat oleh DongHyun. SooYan yang seakan mengerti, langsung meneteskan air matanya. “RiYoung! Jangan pergi….!!!” Teriak SooYan histeris.

“ani.. andwe!!! Ri Young!!!” DongHyun pun mulai menangis histeris. Dia tidak tau dan tidak mau, kekasihnya kini telah tidur, tidur untuk selamanya. “RiYoung…!!! Ireonaaaa..”

~~~~

Banyak orang menggunakan baju serba hitam di acara ini. Sebuah nisan bertuliskan Shin Ri Young terpampang jelas di depan mereka. Suara tangisan dan jeritan terdengar melihat orang yang dikasihi mereka telah tiada. DongHyun menangis dan menangis meratapi kekasihnya yang telah tiada. Namun, rasa cintanya tidak akan pernah tiada. Dia masih dan akan terus selamanya mencintai Shin Ri Young. Kim DongHyun love Shin Ri Young always…

END

RCL ya.. saya harapkan itu.