Mokpo In Love 5 [Growing Up]
Title:
MOKPO IN LOVE
Cast:
Seo Joo Hyun
Lee Donghae
Genre:
Romance, Comedy
Length:
Chapter
A/N:
Halo… Apa kabar? Lanjutan Mokpo In Love balik lagi nih~ Pasti readers pengen banget bunuh aku sekarang. Hehehe… Aku memang author paling lemoot. Maafkan aku 😦 Maafkan aku jika ceritanya makin berantakan dan tidak jelas-_- aku sendiri bingung mau ngelanjutin gimana. Yang pasti ini masih berlanjut. Mungkin akan sampai chapter 10. Wkwkwk…
Ya sudah, segini dulu cuap cuap tidak pentingnya. Terima kasih~
—-
Tunggu dulu.. Donghae merupakan permata hidupku? Apa yang kupikirkan! Ini konyol. Apa artinya aku memang telah jatuh cinta padanya? Oh God… It’s impossible! But, maybe it’s will be possible.
“Aku memang seharusnya sudah sadar dengan sikapmu yang berbeda akhir – akhir ini, babe” ujar Kyuhyun kemudian. Alisku berkerut menjadi satu saat mendengar ucapan tersebut, berbeda? Apa yang beda dariku? Sepertinya aku selalu sama setiap harinya.
Layaknya dapat membaca pikiranku, Kyuhyun melanjutkan perkataannya, “Akhir – akhir ini kau jarang sekali mengirimiku pesan seperti dulu. Palingan hanya satu atau dua sms saja yang kau kirimkan. Itupun untuk mengajakku jalan tetapi aku tidak bisa karena pekerjaan. Haa.. kau berbeda, Seohyun-ah” dan untuk pertama kalinya Kyuhyun memanggilku dengan panggilan formal seperti itu.
“Hanya itu? Tapi itu tidak menunjukkan bahwa aku sudah tidak mau berhubungan denganmu bukan? Ayolah chagiya… aku masih menyanyangimu” kata – kata itu meluncur dari mulutku. Kenapa aku terdengar lebih agresif disini?
“Perjodohan itu pasti sudah tidak bisa dielakkan lagi, kan. Jadi lebih baik, kita berakhir” Kyuhyun meletakkan beberapa lembar uang di atas meja lalu beranjak pergi setelah meneguk habis minumannya yang sudah dingin.
Aku membatu di sana. Melihat punggung Kyuhyun yang pergi dengan pemandangan yang cukup tidak enak kulihat. Kyuhyun meremas pundak pelayan yang tadi melayani pesanan kami, tersenyum padanya seakan memberi kode, lalu berjalan keluar. Tidak lama kemudian juga, pelayan itu segera mengambil tas dan jaketnya lalu pergi keluar. Entah apa yang merasukiku, tapi aku seperti merasa Kyuhyun ada hubungan dengan pelayan itu.
Dan satu hal lagi, bukankan perkataan tadi menunjukkan bahwa aku dan Kyuhyun tidak ada hubungan lagi? Hey.. harusnya aku sakit hati bukan? Kenapa tidak ada rasa seperti itu sama sekali? Aku memegang dadaku, mencoba merasakan detak jantungku, biasa saja, tak ada degupan kencang atau melambat. Semua biasa saja. Hubungan ini memang sejak awal terasa sangat hambar walaupun kami sering berseru – seru kata cinta.
Tanpa pikir panjang, aku merogoh tas putih yang sedari tadi tergeletak di sampingku. Mencari nama kontak Donghae dan menekan tombol hijau untuk memulai panggilan. “Yeobseo?” Aku terpaku.
Suara yang mengangkat telepon ini pastilah bukan suara Donghae. Melainkan ini adalah suara seorang perempuan.
“Hallo? Siapa disana?” seru perempuan yang menjawab tadi itu. Mulutku mencoba berbicara, melontarkan beberapa kata singkat, “Donghae mana? Dan kau siapa?”
“Donghae? Oh.. jadi nama pria nafsuan itu Donghae? Dia sedang mandi sekarang. Maaf tapi aku harus memang jujur kalau kemarin malam kami bermain dengan sangat hebat. Haha… aku ini gadis yang menemaninya semalam, perkenalkan Choi SooKyung. Kau sendiri, siapanya? Aku melihat nama kontakmu itu ‘Princess Frog’. Hahaa… konyol sekali”
Berpuluh bahkan beratus – ratus pertanyaan melayang di kepalaku. Nafsu? Bermain? Gadis yang menemaninya semalam? Astaga. Apa maksudnya Donghae melakukan itu dengannya semalam?
“YAKK!! Kenapa kau mengangkat ponselku?!” Suara Donghae terdengar dari seberang.
“Maafkan aku, sayang. Tapi nada deringmu itu sangat ribut. Aku tidak bisa melanjutkan tidurku jika terus membiarkannya. Oh ya, morning kiss!” Bunyi kecupan dan decakan lidah menjadi suara yang selanjutnya kudengar. Tidak lama kemudian, panggilan itu dimatikan dari sana. Aku menjauhkan ponselku dari telinga. Hatiku terasa sangat sesak. Air mataku sudah membendung di pelupuk.
Tidak perlu menunggu waktu lama, aku pun mengangis frustasi. Depresi. Apa ini artinya aku kehilangan dua pria sekaligus? Kyuhyun telah berakhir denganku dan sekarang Donghae… laki – laki itu berkhianat, eoh?
—
DongHae POV
Setelah mengempiskan dompetku untuk membayar gadis yang menemaniku untuk ‘bermain’ semalam, aku segera meluncurkan mobilku di permukaan aspalnya jalan raya. Aku mengambil ponselku yang ada di dalam saku jaketku, lalu mengecek panggilan masuk. Bukannya tadi gadis yang bernama Soo.. SooKyung tadi itu mengangkat panggilan dari seseorang?
Panggilan masuk. Seohyun!
Yang tadi menelponku itu Seohyun. Astaga.
Mampus.
Setelah berpikir beberapa saat, aku memutuskan untuk bertemu dengannya. Semoga saja dia tidak pulang ke rumah dengan air mata bercucuran dan wajah kemerahan. Lalu membanting semua barang pecah belah yang sangat banyak di rumahnya. Tapi tunggu… bukankah aku sendiri yang narsis kalau berpikir seperti ini. Dia tidak mencintaiku. Aku harus sadar soal itu. Dia tidak mencintaiku, melainkan mencintai Kyuhyun. Ya… itu pasti. Dia mungkin akan sangat senang karena ada alasan kuat untuk membatalkan perjodohan ini.
Aku harus siap masuk ke rumah mereka dan dilempar dengan guci keramik yang sangat besar itu. Harus siap dicercoki dengan kata – kata pedas dan makian.
Sekian lama mengkhayal membuatku tak sadar telah sampai di rumah kediaman keluarga Seo. Tiba – tiba suatu perasaan gugup menderaku. Galau. Bingung antara mesti masuk ke dalam rumah ini dan mendapat caci maki atau tetap diam dalam mobil hingga salah satu dari anggota keluarga mereka keluar atau masuk ke dalam rumah dan mencegat mereka lalu menjelaskan semua.
“Aisshh-“ aku mengacak rambutku kasar. Ini semua kebodohanku! Tolol sekali diriku ini.
Drrrrt Drrrt
Handphoneku yang tergeletak di kursi penumpang depanku bergetar. Menandakan bahwa ada pemanggil di seberang sana. Aku mengangkat ponsel berwarna putih itu dan melihat nama pemanggilnya, Lee Ahjumma
“yeobseo?” tanyaku ragu – ragu. Terdengar suara helaan nafas di seberang sana, “Donghae-ah.. apa yang kau lakukan? Mengkihanati Seohyun, eoh?” suara parau Lee Ah Ahjumma membuatku tak dapat berkata – kata. Seohyun melaporkan hal ini padanya?
“Seohyun menangis padaku, Donghae. Dia kecewa padamu. Sangat kecewa.. Padahal, dia telah mencoba menyayangi dan mencintaimu” Penuturannya membuatku terpaku. Seakan Ahjumma dapat membaca pikiranku. Aku tertegun, Seohyun mencoba mencintaiku? Apakah ini mimpi? Oh.. Donghae, kau adalah pria terbobrok sedunia!
“Donghae- kenapa kau lakukan ini? Bibi sangat tak percaya kau melakukan hal ini pada Seohyun. Bibi pikir kau akan merubahnya menjadi lebih baik, bukan lebih terpuruk seperti ini, Hae”
“Aku minta maaf, ahjumma. Jeongmal mianhaeyo.. Aku benar – benar tidak menggunakan akal dan nalar saat itu-” Kalimat penyesalan yang keluar dari mulutku dengan sendirinya membuatku kembali tertegun. Aku memang tidak menggunakan akal dan nalar saat melakukan itu. Nafsu mengelabuiku. Wanita itu benar – benar seperti iblis.
Wait… Kenapa aku jadi memaki wanita jalang itu? Aku juga yang salah… Aissh~
“Ahjumma juga kecewa padamu, hae. Untung saja Seohyun tidak melaporkan hal ini pada orangtuanya. Kau beruntung sekali Donghae-ah..”
“Mianhae ahjumma..” sesalku sekali lagi.
“Baiklah.. Ahjumma harap kau dapat berubah, Hae. Jangan seperti ini lagi. Minta maaflah pada Seohyun..”
“Ne ahjumma. Gomawo” panggilan terputus. Aku menghela nafas kasar. AH! Kenapa aku begitu tolol dan bodoh sekarang?! Aku berpikir sejenak, menimbang – nimbang untuk turun dari mobil dan mengetuk pintu atau menunggu saja. Tetapi… Sepertinya turun dan meminta maaf pada Seohyun adalah hal terbaik. Ya.. Aku mesti siap apapun konsekuensinya.
Aku berjalan menuju pintu rumah Seohyun. Ada sedikit keraguan menyelinap saat aku hendak menekan bel. Apa dia akan marah padaku? Memukulku? Atau akan terlihat depresi . Entahlah. Aku tak dapat menebak.
TING TONG
Bunyi bel akhirnya terdengar saat jari telunjukku menekan benda bulat tersebut. Tiba-tiba aku merasa jantungku berdegup kencang, terlalu gugup. Tidak menunggu beberapa waktu lamanya, pintu berukuran besar itu terbuka secara perlahan.
“Donghae-“ Tanpa pikir panjang, aku mendekap gadis berambut panjang dan berwajah cantik itu. Memeluknya sedalam mungkin. Seohyun sedikit terkejut, dapat kurasakan dirinya yang sedikit memberontak pada awalnya. Tapi semakin dalam aku menahannya dalam pelukanku, dia akhirnya luluh dan berhenti memberontak. Aku tetap memeluknya sambil menggumamkan kata – kata maaf.
“Mianhae .. Jeongmal mianhae Seohyun. Aku tau aku bodoh. Maafkan aku” ucapku dengan penyesalan yang amat dalam. Seohyun terdiam, tidak menjawab ucapanku sepatah katapun.
“Seo-“ Aku melepaskan pelukanku dan menatapnya dalam. Dia balik menatapku dengan raut wajah yang tidak dapat kuartikan. Matanya terlihat sedikit bengkak dan kemerahan, apakah dia menangis?
“Kenapa.. kenapa kau membuatku ragu atas kepercayaan yang hendak kuberikan kepadamu, Hae? Aku sudah mencoba menyukaimu secara perlahan, tetapi kenapa kau malah menusukku dengan cara seperti ini. Aku salah apa…” suaranya terdengar serak begitu keluar dari mulutnya.
Rasanya seperti beribu jarum yang menyesakkan begitu tuturan kata itu terdengar olehku. Betul kata ahjumma, Seohyun telah mencoba mencintaiku tapi dengan bodohnya aku membuatnya ragu kembali. Hah! Bodoh!
“Kau tidak punya salah apa – apa” aku memberanikan diriku berbicara. “Aku yang tolol. Aku dikuasai hawa nafsu saat itu. Tolong jangan berburuk sangka dulu, aku dikuasai nafsu dan efek minuman beralkohol. Jangan marah padaku, Seo-“
“Kenapa kau meminum alkohol?”
“Aku- aku depresi. Depresi karena sebelumnya kau belum kunjung menjawab pernyataan cintaku. Aku pergi ke club malam beserta temanku. Tapi aku tidak ada maksud untuk bermain dengan wanita. Hanya minum – minum saja.”
“Dan akhirnya kau tergoda untuk bermain? Ha- dasar pria berhidung belang” nada suara Seohyun mulai menaik hingga terkesan ketus. Tangannya terlipat di depan dada dan wajahnya berubah menampakkan kecurigaan.
“Atau jangan – jangan selama ini sifatmu seperti itu? bermain dengan para wanita jalang?”
“Itu tidak benar!” Nada suaraku sedikit meninggi mendengar ucapan tidak berdasar dari Seohyun. Dia kira aku apa sehingga sering bermain dengan para wanita? Walaupun aku lelaki normal, aku masih akan tetap menjaga harga diriku. Aku tidak ingin di cap sebagai lelaki hidung belang.
“Kau bahkan mulai membentakku sekarang” Seohyun memandangiku tajam. Aku tau, dia marah.
Author’s POV
“Aku mulai menaruh cintaku padamu. Aku ingin percaya padamu. Aku hendak menerima perjodohan ini dengan perasaan tenang. Tapi kenapa… kenapa kau malah seperti ini?!” tangan yang semula terlipat di depan dada Seohyun melemas hingga terlepas. Matanya terlihat tergenang oleh air mata yang dia tahan. Wajahnya memerah, menahan amarah yang bergejolak.
Donghae terdiam. Lelaki itu tak mengucapkan sepatah katapun menunggu Seohyun menyelesaikan pembicaraannya. Donghae maju selangkah mendekati Seohyun, tangannya mengelus puncak kepala Seohyun lembut, Donghae membalas dengan nada suara menenangkan “Aku memang bajingan. Tapi kumohon, jangan benci padaku. Cinta yang hendak kau percayakan padaku, jangan ditarik kembali. Aku akan berusaha sebaik mungkin menjadi lelaki yang kau inginkan.”
Seohyun terperangah, air matanya sukses merembes keluar hingga membuatnya menangis dengan suara keras. Dirinya langsung memeluk Donghae erat seakan tidak ingin melepaskannya. “Aku- percaya padamu”
—
Kedua insan itu hanya terdiam sejak tiba di depan Sungai Han. Hanyalah suara kunyahan dari mulut masing – masing yang terdengar disana. Roti yang sedari tadi mereka beli kini telah sisa setengah. Seohyun mengunyah roti sembari memandang pemandangan indah Sungai Han dengan diam, dirinya sesungguhnya tidak fokus mengagumi keindahan sungai itu. itu hanyalah kamuflase dari dirinya agar membuat Donghae tidak menganggunya yang seakan sedang menganggumi lampu – lampu malam yang menerangi.
Dalam pikirannya Seohyun berseteru. Ada keinginan dalam hatinya untuk mulai mempercayai Donghae, mencintai dia, dan memperlakukannya sebagai orang terpenting dalam hidupnya. Tapi egonya juga tak kalah penting. Dimana Seohyun yang sangat egois dan cuek? Kenapa dia jadi mellow begini.
“Aku-“ Mereka berdua mengucapkan kata itu bersamaan. Seohyun tersentak, “kau duluan” ucapnya.
“Aniyo. Ladies always first” balas Donghae dengan wajah yang sedikit memerah. Astaga… kenapa jadi awkard begini?
“Ani- kali ini biarlah kau dulu yang berbicara. Topikku tidak terlalu penting.” Jawab Seohyun seraya tersenyum. Pandangannya terfokus pada pemandangan sungai Han yang sangat indah. Sepertinya dia baru menyadari keindahan ini.
“Baiklah” Donghae menghela nafasnya kemudian memegang tangan kanan Seohyun.
“Aku telah berpikir. Berpikir bahwa aku harus berubah demi dirimu. Aku harus berusaha membuatmu mencintaiku agar pernikahan kita nanti lancar. Oke… Mungkin aku terdengar egois tapi aku jujur. Aku memang menyukaimu walau pertama – tama aku sangat menolak perjodohan ini. Tapi lama – kelamaan terasa berbeda, semua terasa begitu hangat bila ada disisimu”
Seohyun membulatkan matanya begitu Donghae menyelesaikan omongan itu. Dia begitu terkejut. Atau mungkin terperangah karena ucapan yang sangat lembut itu. “Jinjjayo? Bukankah kau mengatakan aku dulu itu bawel minta ampun?” tanya Seohyun dengan nada sedikit meledek.
“Itu dulu. Bukan sekarang. Keputusanku sekarang sudah kupikir baik – baik karena itu juga demi masa depanku.”
“Apa kau demam? Kemarin kau seperti orang gila, sekarang malah romantis.” Donghae mencibir begitu tangan Seohyun melekat pada dahinya. Sempat terpikir olehnya bahwa Seohyun sangat lemot.
“Setiap orang berhak untuk berubah. Begitu juga aku. Biarpun kemarin aku seperti orang gila, lalu hari ini romantis, dan besok entah apa itu. Itu hakku!” protes Donghae. Seohyun menarik tangannya kembali dan menoyor kepala Donghae sedikit keras.
“Aku mencoba untuk khawatir padamu!”
“Oh ya? Kalau begitu, jika kau khawatir padaku, katakan apa yang mau kau katakan tadi”
“Yang aku ingin katakan sama halnya dengan perkataanmu, jadi tidak perlu lagi” Seohyun beranjak dari posisi duduk dan merentangkan kedua tangannya di hadapan Sungai Han. Dia menghirup udara pada malam itu sebanyak mungkin, mengisi pasokan udara segar bagi paru – parunya.
GREPP
Seohyun terpaku pada posisinya saat menyadari sepasang tangan melingkar pada pinggangnya. Hembusan nafas seorang yang diyakininya adalah Lee Donghae itu membuatnya bergidik geli karena mengenai lehernya yang tidak tertutupi rambut pada saat itu.
“Aku tebak, tadi kau ingin berkata hal yang sama denganku bukan?” celetuk Donghae bermaksud bercanda. Tetapi Seohyun tetap menutup mulut. Dia terlalu terkejut karena perlakuan Donghae.
“Apa kau tidak punya mulut? Jawab aku, nona bawel” kata Donghae seraya menyeringai penuh kejahilan. Dia ingin mencairkan suasana yang begitu canggung saat ini. Dia ingin membuat Seohyun kesal dengan godaannya.
“YAKK!!!” Sukses. Seohyun berteriak kesal. “Kenapa mengataiku nona bawel lagi?! Tadi bilang ingin berubah, tapi kenapa malah mengataiku lagi?!” Seohyun memanyunkan bibirnya tanda dia kesal setengah mati. Tangannya bergerak mencubit lengan Donghae dengan gemas.
“Awww! Appo!” Kini Seohyun tersenyum penuh kemenangan. Donghae meringis kesakitan akibat cubitannya.
“Rasakan!” Seohyun menjulurkan lidahnya –mengejek- lalu segera berlari menjauhi Donghae. “Kejar aku kalau bisa! Dasar siput…”
“Awas kalau kau tertangkap, Seo Joo Hyun. Kau akan habis di tanganku!” balas Donghae lalu berlari mengejar Seohyun. Dan aksi saling kejar antara kedua manusia itu akhirnya tidak terelakkan. Bak sepasang anak kecil yang bandel, mereka saling meledek satu sama lain tanpa henti.
“Jangan mengataiku sipuuut!!!” Donghae menangkap tubuh Seohyun dan memeluknya dari belakang. “You’re lose.” Ucapnya jahil. Dan dengan kejahilannya itu juga, Donghae memutuskan untuk melakukan suatu hal.
CUP
Seohyun yang semula berniat untuk memberontak dan kabur, mengurungkan niatnya begitu dia merasakan suatu kecupan mendarat di cuping telinganya. Dia yakin, pasti sekarang wajahnya telah berwarna merah padam.
Donghae POV
Aku tertawa dalam hati begitu merasakan Seohyun berhenti memberontak. Dia benar – benar kalah dalam hal seperti ini. Tapi aku terkadang bingung, kenapa dia begitu terlihat polos jika bersama denganku? Tapi kenapa dia bisa terlihat begitu liar dan agresif saat dengan Kyuhyun? Ah sudahlah, mungkin karena pengaruh Kyuhyun yang terlalu terbiasa dalam kehidupan malam.
“Kenapa diam? Terkejut?”
Seohyun membalikkan badannya menghadapku. Sesaat kemudian pandangan kami bertemu. Oh my… Dia terlihat begitu manis di bawah sinar rembulan juga lampu – lampu yang ada di daerah sekitar sungai Han ini. Pretty.
Kuberanikan diriku untuk mendekatkan wajahku dengan wajahnya. Berniat untuk mencium bibirnya yang mungil dan terlihat manis itu. Perlahan aku dapat merasakan hembusan nafasnya yang menderu. Dia gugup? Hey… bukankah gadis satu ini sering berciuman dengan si Kyuhyun itu? Bibirku dengan bibirnya menyatu secara lembut. Kami berciuman dalam waktu yang cukup lama. Aku dapat merasakan betapa manis bibirnya itu, bahkan lebih manis daripada buah ceri. Aku menyukainya. Sangat menyukainya.
—
Author POV
Waktu pada malam itu telah menunjukkan pukul 7 malam. Kehangatan malam mengantarkan dua anak manusia itu ke tempat masing – masing. Namun layaknya seorang laki – laki jantan, Donghae mengantarkan Seohyun sampai di depan rumahnya.
“Kau yakin tidak mau makan malam bersama dengan orang tuaku? Bukankah dulu kau paling senang menggencar perhatian appa dan eomma?” Seohyun berhenti berjalan tepat di depan pintu rumahnya. Dia berbalik menatap Donghae yang mengekorinya dari belakang setelah menekan bel.
Donghae menggeleng, “Aniyo. Aku bukan mencari muka dari abeoji dan eommanim. Itu semua semata – mata supaya aku mendapat perhatian darimu, hyun”.
Ucapan Donghae sukses membuat pipi Seohyun memerah malu.
“Ashhh- kenapa kau jadi suka menggombal seperti ini?!!” sentak Seohyun sembari memukul lengan Donghae cukup keras hingga sukses membuat lelaki itu mengaduh.
“Sudahlah! Aku mau masuk. Sampai jumpa, Lee Donghae” ucap Seohyun sembari membuka pintu rumahnya. Sebelum menutup pintu, tidak lupa dia memberikan senyum manis yang dapat membuat Donghae terpesona.
“Sampai jumpa, hyun”
—
Seohyun POV
Karena sinar matahari yang begitu menyengat mataku, dengan sangat terpaksa aku harus bangkit dari tempat tidur dan meninggalkan mimpi indah bersama keroro. Aish, sungguh menyebalkan. Setelah menyelesaikan semua aktivitas pagi, seperti mandi, sarapan, dan lain, aku kembali masuk ke dalam kamar untuk melepas lelah sejenak.
Tiba – tiba saja, ponselku bergetar tanda adanya pesan masuk. Segera kuraih ponselku dan membaca pesan itu tanpa melihat nama pengirimnya.
Bersiaplah jam 9, aku akan menjemputmu dan kita pergi jalan – jalan. Mau kan, princess?
Eh? Seingatku tidak ada orang yang pernah memanggilku dengan sebutan Princess. Siapa ini?
AH! Lee Donghae!!! Gila… lelaki ini semakin agresif saja. Tapi tanpa kusadari, aku tersenyum kecil begitu membaca nama kontaknya di pesan itu. Jari – jariku segera menari di atas layar ponselku, mengetikkan sesuatu untuk dikirimkan padanya.
Boleh saja, kebetulan aku tidak ada kerjaan.
“Seohyun, kau harus berdandan agar tampil cantik!” ujarku pada diriku sendiri. Tidak perlu menunggu waktu lama, aku segera mengobrak abrik lemariku dan mendandani diriku sebaik mungkin. Sebenarnya tanpa memperlukan make up pun, aku sudah cantik. Tapi tidak ada salahnya bukan kalau aku mencoba lebih baik lagi?
Kurang lebih 15 menit waktu yang kuhabiskan untuk bersiap. Setelah meyakinkan diri bahwa penampilanku ini tidak berlebihan namun indah dipandang, aku melirik jam dinding yang tergantung di kamarku. Sepuluh menit lagi baru jam 9, pantas saja dia belum menjemputku.
TOKK TOKK
“Seohyun-ah, ada Donghae di bawah. Dia mencarimu” seru Eomma dari luar. Ah, itu dia.
“Ne. Aku segera turun”
—
Donghae POV
Dasar cerewet. Entah kenapa sedari tadi mulutnya ini tidak bisa berhenti bertanya kemana aku akan mengajaknya pergi. Aku yang semula memang berniat membuat kejutan padanya, hanya dapat menjawab dengan jawaban – jawaban pendek. “Lihat saja nanti.”
“Donghae, katakan saja padaku kemana kita akan pergi! Aku sangat penasaran” sahutnya sedikit kesal. Bibirnya mengerucut lucu membuatku ingin sekali menciumnya. Argh! Kenapa aku jadi mesum seperti ini sih.
“Lihat saja nanti. Yang pasti aku yakin kau akan berteriak histeris saat melihat tempat ini” jawabku sok misterius. Dalam hati, tawaku meledak saat melihat wajahnya yang sedikit memucat. “Aku? Berteriak histeris? Kau mau membawaku ke kandang buaya?!”
Kusunggingkan senyum tanpa dosa, bersikap seolah – olah tempat itulah tujuanku saat ini. Lagipula siapa juga yang mau masuk ke kandang buaya. Gadis bodoh! “Bukankah itu menarik?” tanyaku tanpa dosa.
“YAKK!! DONGHAE!!!”
“Kenapa? Kencan di kandang buaya itu sangat keren, hyun”
“Eh? Kencan? Kau mengajakku kencan?” tanyanya bingung. Matanya membulat sempurna karena terkejut.
“Tidak. Aku mengajakmu berpetualang” sahutku kesal. Gadis ini… kapan penyakit lemotnya akan menghilang?
“Ahh… Donghae-ah ngambek. Donghae…” Seohyun mengerjap – ngerjapkan matanya dan mencoba membuat gaya yang imut. Tidak taukah dia, tanpa melakukan seperti itu pun dia sudah sangat imut. Kupertahankan diriku untuk tidak tertawa ataupun tersenyum. Mencoba memasang wajah sedatar mungkin.
Seohyun mengerucutkan bibirnya, “Kau benar – benar marah?”
“Aniyo.” Jawabku pendek namun dengan suara datar.
Seohyun terdiam sebentar. Dia seperti tengah memikirkan sesuatu. Tak lama kemudian, dia memalingkan wajahnya kepadaku dan memandangku penuh harap, “Kalau begitu, kau mau aku melakukan apa agar mau memaafkanku dan tidak marah lagi?”
Eh? Beneran nih cewek? Dia sungguhan?
Aha! Tiba – tiba saja sebuah ide terlintas di otakku. Ide yang akan sangat menguntungkan diriku. Ohohoho…
“Jinjjayo?” tanyaku memastikan, tetap dengan suara datar.
“Ne. Asalkan kau tidak marah lagi” katanya sambil tersenyum manis.
“Apa saja?”
“Ne, Donghae-ah”
Aku membalas senyumannya dengan senyuman lebar dan penuh arti, membuatnya sedikit terkejut namun kembali menatapku riang. “Apa saja kan. Jadi, cium aku.”
Seohyun POV
“Apa saja kan. Jadi, cium aku.”
TOEENGG
Gila. Sangat gila. Sepertinya cowok ini makin hari, ah tidak.. makin jam ke jam pemikirannya semakin menggila. Apakah otaknya sudah tidak tepat posisi lagi? Astaga. Padahal tadi aku berniat hanya untuk menghiburnya, tapi aku tidak menyangka dia akan memintaku untuk menciumnya. Dia bahkan lebih agresif dari Kyuhyun.
“Hey. Kau kenapa? Ayo cium aku…” ujarnya dengan raut wajah tanpa dosa. Aku hanya dapat menatapnya jengkel. “Seohyun harus konsisten donk. Tadi bilang apa saja yang aku mau pasti kau kabulkan. Ya udah, aku mau kau menciumku” lanjutnya lagi. Ugh! Laki – laki ini memang minta ditonjok.
“Di pipi kan?” tanyaku asal untuk mengulur waktu. Mungkin saja kalau misalnya kita sudah tiba di tempat tujuan, dia akan melupakan hal ini. Atau tidak, aku bisa lari dari padanya.
“Aniyo. Di sini” ujarnya sambil menunjuk bibirnya dengan jari. Pipiku langsung memanas begitu melihat bibirnya. Oke, ini memang bukan ciuman pertama kami. Tapi tetap saja, aku ini wanita dan aku malu. Wanita sangat sensitif dengan hal – hal seperti itu.
“Tapi kita di jalan, Donghae. Bagaimana kalau sudah sampai saja?” tanyaku lagi. Kupasang raut wajah polos dan tak bersoda, eh bukan.. berdosa yang kumiliki.
“Oh.. baiklah” jawabnya. “Tapi lebih lama ya ciumannya…”
JLEBB